Teknik Kimia, Teknik Pangan, Teknik Bioenergi dan Kemurgi, FTI, ITB
yazid@che.itb.ac.id dan http://yazid-bindar.blogspot.co.id
Pendahuluan
Bahan bakar fosil dan mineral
telah merubah wajah dunia. Kenyamanan hidup meningkat berlipat-lipat dengan
bahan bakar fosil dan mineral. Perekonomian dunia mencapai puncak dengan dukungan
bahan-bahan ini. Ekonomi dunia abad 20 ke awal abad 21 ini dengan berbagai
macam kemajuan teknologi dihasilkan oleh ke dua jenis bahan tersebut. Tetapi
bahan bakar fosil sekarang ini memasuki masa-masa habisnya. Kelangkaan bahan
bakar fosil akan menimbulkan permasalahan ekonomi dunia di waktu mendatang.
Ketergantungan ekonomi akan bahan bakar fosilnya seperti sulit untuk disapih.
Walaupun demikian, fakta tidak dapat dihindari, bahwa era bahan bakar fosil akan pergi. Wajah ekonomi dunia akan kembali
berubah dengan segala keterbatasan.
Transisi ekonomi dari ekonomi
yang didukung oleh bahan bakar fosil (Fossil-Based
Economy) ke ekonomi yang didukung oleh bahan dan energi terbarukan harus
diwujudkan. Ekonomi ke depan akan bergantung kepada bahan biomassa baik dari
sisi pangan, energi, bahan kimia, dan material. Ekonomi ini dikenal dengan
ekonomi berbasis biomassa atau Bio-based
Economy.
Kemajuan Indonesia saat ini
dicapai berkat bahan bakar fosil dan mineral. Jadi ekonomi Indonesia bagian
dari Fossil-Based Economy. Daya
dukung bahan bakar Indonesia saat ini sudah menurun drastis. Maka dari itu,
Indonesia harus dari sekarang membangun jalan transisi ekonomi dari Fossil-Based Economy ke Bio-based Economy.
Untuk memahami beban ekonomi
Indonesia ke depan tahun 2017 ke tahun 2050, potret belanja dan pendapatan
Indonesia terdahulu dapat dijadikan sebagai dasar analisa dan prediksi. Ini
perlu diingat bahwa belanja dan pendapatan Indonesia terdahulu didukung penuh
oleh bahan bakar fosil dan mineral. Prediksi belanja dan pendapatan ke depan
berbasiskan daya dukung bahan bakar fosil. Di masa depan daya dukung ini akan
menghilang. Beban angka yang diprediksi itu akan dipenuhi oleh sumber daya biomassa
dan terbarukan. Maka dari itu, kondisi seperti ini yang diketahui dari awal
akan memberikan data penting dalam
merencanakan ekonomi Indonesia di masa depan yang didukung oleh bahan biomassa
dan energi terbarukan.
Gerakan kehidupan Indonesia dan beban ekonomi
Indonesia dapat tergambarkan oleh besar
kecilnya APBN. APBN memuat besarnya pendapatan (P) dan besarnya belanja
(B) Indonesia secara keseluruhan. Belanja mengindikasikan pola konsumsi, pola pembangunan dan pola kesejahteraan.
Pendapatan menunjukkan tingkat kemampuan ekonomi dalam menghasilkan nilai
lebih. Unsur terbesar dari pendapatan adalah penerimaan dari pajak. Pajak
menggambarkan langsung nilai ekonomi dari kegiatan ekonomi Indonesia.
Konstruksi Pola ABPN 1970-2016
Pola belanja dan pendapatan
Indonesia dari tahun 1970 sampai tahun 2016 ditunjukkan oleh Gambar 1. Gambar
ini dikonstruksikan berdasarkan data APBN, APBN-P, dan data realisasi pajak
yang dikeluarkan BPS, [1]-[5]. Pola yang
terjadi dari tahun ke tahun adalah pola perkembangan APBN tahap pertumbuhan
landai, tansidi dan tajam. Pertumbuhan landau terjadi dari tahun 1970 ke tahun 1997 seperti
yang ditunjukkan Gambar 1. Pola pertumbuhan transisi dari landai ke tajam
terwujud dari tahun 1998 ke tahun 2004. Pola pertumbuhan tajam dimulai tahun
2015 sampai sekarang 2016.
Gambar 1 Pola pertumbuhan APBN
Indonesia tahun 1970 - 2016
Pendapatan Indonesia juga tumbuh
tajam pada kurun waktu setelah tahun 2005 ini. Walaupun demikian, belanja
Indonesia selalu lebih besar dari pendapatan pada pertumbuhan tajam ini. Ini
berarti Indonesia selalu mengalami defisit pada pertumbuhan tajam ini. Defisit
Indonesia membesar dari tahun ke tahun seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.
Gambar 2 Pergerakan defisit
Indonesia dari tahun 2008 sampai 2016.
Pertumbuhan fasa tajam ini
berhubungan dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Dukungan industri adalah
salah satu kontributor utama dalam perkembangan ekonomi. Industri berkembang
dengan baik karena dukungan insfrastruktur seperti listrik, jalan, jembatan,
pelabuhan, bandara dan lain-lain. Salah satu infrastruktur adalah infrastruktur
listrik. Infranstruktur listrik tersedia karena bahan bakar fosil yang tersedia
dengan harga yang kompetitif. Industri
minyak, gas bumi, mineral dan petrokimia
masih menjadi andalan ekonomi pada fasa tajam ini.
Penyumbang terbesar pendapatan
Indonesia adalah penerimaan pajak. Penerimaan pajak mengisi 70 – 75 %
pendapatan negara pada tahun 2008 ke tahun 2015. Pajak ini dihasilkan dari kegiatan
perekonomian individu, perusahaan swasta dan perusahaan negara.
Prediksi dan Analisa Pola APBN 2017-2050
Penaksiran belanja dan pendapatan
Indonesia untuk tahun-tahun setelah ini sangat penting dilakukan. Penaksiran
ini dapat dilakukan dengan data-data belanja dan pendapatan Indonesia pada fasa
tajam pada Gambar 1 di atas. Laju
pertumbuhan belanja dan pendapatan belanja untuk masa depan dapat diperkirakan
dengan berbagai pendekatan.
Pendekatan pertama adalah
pendekatan ekstensi pertumbuhan pada fasa tajam untuk tahun taksiran dari 2017
sampai tahun 2050. Pendekatan ini bersifat optimis. Hasil taksiran ini
ditunjukkan oleh Gambar 3. APBN Indonesia tahun 2017 memiliki belanja sebesar
Rp. 2297,3 T, pendapatan sebesar Rp. 2007,1 T dan defisit sebesar Rp. 290,2 T.
APBN Indonesia tahun 2050 diperkirakan dengan belanja sebesar Rp. 7805 T,
pendapatan sebesar Rp. 6809.9 T.
Gambar 3 Prediksi belanja dan
pendapatan Indonesia untuk rentang waktu 2017-2050 dengan metoda ekstensi
pertumbuhan fasa tajam 2004-2016.
Dengan taksiran belanja dan
pendapatan Indonesia pada Gambar 3 di atas, Indonesia harus mempersiapkan diri
dari sekarang dalam hal strategi dan kebijakan pencapaiannya dalam jangka
panjang yang sistematis. Beberapa pertanyaan dalam hal ini, apakah daya dukung
Indonesia sekarang masih pada tahap yang bisa dikembangkan atau sudah berada
pada tahap yang optimal?. Strategi dan kebijakan disusun berdasarkan hasil
kajian kondisi daya dukung Indonesia saat ini.
Pendekatan-pendekatan yang lain
adalah pendekatan yang tidak optimis. Pertumbuhan APBN fasa tajam tahun
2005-2016 mungkin sulit dilanjutkan ke tahun-tahun berikutnya. Perkiraan APBN
untuk tahun 2017 – 2050 dengan pendekatan pelambatan di banding fasa tajam
2005-2016 ditunjukkan oleh Gambar 4. Bila pertumbuhan APBN untuk tahun
2017-2050 untuk pendekatan yang tidak optimis ini diperkirakan hanya 50 % dari
laju pertumbuhan APBN Fasa 2005-2016, prediksi belanja dan pendapatan negara
tahun 2017-2050 ditunjukkan dalam Gambar 4.
Gambar 3 Perbandingan prediksi
APBN Indonesia untuk rentang waktu 2017-2050 metoda ekstensi pertumbuhan fasa
tajam 2005-2016 dengan dengan prediksi APBN 2017-2050 yang menggunakan metoda
pertumbuhan berbasiskkan 50 % fasa 2005-2016
Perbandingan prediksi APBN
2017-2050 dengan metoda ekstensi standar kemajuan kehidupan 2005-2016 dengan
ABPN 2017-2050 dengan standar kemajuan 50 % dari 2005-2016 memiliki pengertian
bahwa ada penurunan laju pertumbuhan yang berakibat penurunan laju peningkatan
kualitas hidup. Persiapan-persiapan apa saja yang harus dirancang dan deprogram
atau perubahan masa depan seperti perkiraan di atas harus sudah dilakukan oleh
pemimpin negara ini secara berkesinambungan.
Tahap pertumbuhan fasa tajam
2005-2016 termasuk dalam era ekonomi berbasiskan bahan bakar fosil. Dukungan
bahan bakar fosil di era 2017-2050 akan menurun terus. Pengganti dukungan ini
akan beralih kepada bahan bakar terbarukan dengan komponen bahan bakar biomassa
yang besar. Perekonomian Indonesia tahun 2017-2050 akan diisi oleh ekonomi
berbasiskan biomassa (Bio-based Economy).
Strategi dan Kebijakan Dini Bio-based Economy Tahun 2017-2050
Karakteristik Bio-based Economy
sangat berbeda dengan Fossil-Based Economy. Laju pertumbuhan Bio-based Economy
tidak secepat laju pertumbuhan Fossil-Based Economy. Maka dari itu,
pengkultivasian sumber pendapatan negara berbasiskan Bio-based Economy sudah
harus dimulai dari sekarang dengan perencanaan dan implementasi yang sangat
akurat dan sismatis.
Laju pertumbuhan APBN 2017-2050
diperkirakan lebih lambat dibandingkan dengan fasa 2005-2016. Bio-based Economy
akan diisi oleh produk-produk industri berbahan bakau biomassa dengan dukungan
yang sangat minimal dari bahan bakar fosil. Maka dari itu, Indonesia harus
bersiap, berencana dan berbuat untuk melalui tahap-tahap kehidupan dengan
ekonomi berbasis biomassa ini. Kenyamanan hidup yang diberikan oleh ekonomi
berbasiskan bahan bakar fosil harus dimigrasikan ke kenyamanan hidup yang
diberikan ekonomi berbasiskan biomassa (Bio-based Economy).
Daftar Pustaka
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia_Tahun_Anggaran_2013
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia_Tahun_Anggaran_2014
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia_Tahun_Anggaran_2015
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia
[5] https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1286
No comments:
Post a Comment